Rabu, 13 April 2011

kebudayaan

A. LATAR BALAKANG
Melihat dari berbagai aspek yang ada, baik kita lihat secara langsung ataupun melalui media
informasi, baik cetak maupun media elektronik, bahwa betapa fenomena hidup manusia selalu berganti
antara senang dan sedih, antara bahagia dan derita, karena memang hakikat dari hidup manusia adalah
silih bergantinya antara kesenangan atau kebahagian dengan kesedihan atau penderitaan, bagaikan
“roda kehidupan” yang kadangkala kita berada diatas (bahagia / senang) dan dilain waktu kita barada di
bawah (sedih / derita). Disinilah kami membahas tentang manusia yang pernah, sedang dan akan
mengalami cinta kasih, penderitaan, kegelisahan, memiliki harapan, pandangan hidup dan sebagainya
yang merupakan salah satu resiko dalam kehidupan.
Setiap yang disebut manusia selalu terdiri dari dua, yaitu aspek jasmani atau tubuh, dan aspek
rohani atau jiwa. Dalam diri manusia, kedua aspek itu satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Apabila
salah satu aspek tersebut hilang dari diri manusia, akan terdapat dua pengertian yang berbeda, tubuh
tanpa jiwa akan dinamakan mayat, sedangkan jiwa tanpa tubuh akan disebut jin atau setan.
Tercipta atau terwujudnya suatu kebudayaan adalah sebagai hasil interaksi antara manusia
dengan segala isi alam raya ini. Dimana kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu
sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena adanya manusia
penciptanya dan manusia dapat hidup ditengah kebydayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan
terus hidup manakalah ada manusia sebagai pendukungnya.
Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia dapat mengembangkan
kebudayaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung pada kebudayaan sebagai hasil ciptaannya.
Kebudayaan juga memberikan aturan bagi manusia dalam mengelolah lingkungan dengan teknologi
hasil ciptaannya. Kebudayaan
masyarakat sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu
sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan yang akan dibahas yaitu:
a. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan?
b. Bagaimanakah pengaruh budaya terhadap lingkungan?
c. Bagaimanakah problematika kebudayaan?
d. Bagaimanakah manusia sebagai makhluk berbudaya?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
a. Untuk mengetahui definisi kebudayaan
b. Untuk mengetahui pengaruh budaya terhadap lingkungan
c. Untuk mengetahui problematika kebudayaan
d. Untuk mengetahui manusia sebagai makhluk berbudaya
BAB 11
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan: cultuul (Bahasa Belanda), culture (Bahasa Inggris), berasal dari perkataan
latin “colere” yang berarti mengolah, mengajarkan, menyuburkan dan mengembangkan,
terutama mengelolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai
“segala daya dan aktivitet manusia untuk mengelolah dan mengubah alam”.
Dilihat dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa
sangsekerta”buddhayah”. Yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Pendapat lain mengatakan bahwa, kata budaya adalah sebagai suatu perkembangan dari
kata majemuk; budi daya, yang berarti daya dari budi. Karena itu mereka membedakan
antara budaya dengan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa
dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa tersebut.
Jadi kedudayaan itu mempunyai sifat kompleks, banyak seluk beluknya dan merupakan
totalitas, merupakan keseluruhan meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hokum, custom dan lain-lain lagi kapabilitas dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
diperoleh oleh manusia di dalam masyarakat. Pencipta kebudayaan adalah manusia, focus
kebudayaan adalah masyarakat.
Kebudayaan yang berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manuasia terhadap
dua pengaruh yang kuat yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat), dalam perjuangan
mana terbukti kejayaan hidup dan manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan
kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
J.P.H Dryvendak mengatakan bahwa budaya adalah kumpulan dari cetusan jiwa
manusia sebagai yang beraneka ragam berlaku dalam suatu masyarakat twertentu.
Prof. Dr. Koentjaraningrat mengatakan kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari
kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tatakelakuan yang harus didapatnya dengan
belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Prof. M.M Djojodiguno dalam bukunya “asas-asas sosiologi” mengatakan bahwa
kebudayaan atau budaya adalah daya dari budi, yang berupa cipta, karsa dan rasa.
Cipta: kerinduaan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam
pengalamannya, yang meliputi pengalaman lahir dan batin
Karsa: kerinduan manusia untuk menginsyafi tentang hal “sangkan paran”. Hasilnya
berupa norma-norma keagamaan / kepercayaan
Rasa: kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongan untuk
menikmati keindahan. Manusia merindukan keindahan dan menolak
keburukan/kejelekan.
Jadi jelaslah kebudayaan adalah suatu hasil ciptaan dari pada hidup bersama yang
berlangsung berabad-abad. Kebudayaan adalah suatu hasil dan hasil itu dengan sengaja atau
tidak, sesungguhnya ada dalam masyarakat. Dan pada pokoknya tiap-tiap manusia itu pasti
mempunyai budaya, yaitu gejala-gejala jiwa yang dimiliki oleh manusia dan yang dapat
membedakan manusia dengan budaya.
B. PENGARUH BUDAYA TERHADAP LINGKUNGAN
Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat
kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu cirri khas dari
masyarakatnya yang tampak dari luar, artinya orang asing. Dengan menganalisis pengaruh
akibat budaya terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa suatu lingkungan
tertentu akan berbeda dengan lingkungan lainnya dan menghasilkan kebudayaan yang
berbeda pula.
Usaha untuk menjelaskan perilaku manusia sebagai perilaku budaya dalam kaidah
dengan lingkungannya, terlebih lagi perspektif lintas budaya akan mengandung banyak
variabel yang saling berhubungan dalam keseluruhan system terbuka. Beberapa variabel
yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan:
·          Physical environment, menunjuk pada lingkungan natural seperti
temperature, curah hujan, iklim, wilayah geografis, flora dan fauna
·         Cultural social environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses
sosialisasi seperti norma-norma, adat istiadat, dan nilai-nilai.
·          Environmental orientation and representation, mengacu pada persepsi dan
kepercayaan kognitif yang berbeda-beda pada setiap masyarakat mengenai
lingkungannya.
·          Environmental behavior and process, meliputi bagaimana masyarakat
menggunakan lingkungan dalam hubungan social.
·          Out carries product, meliputi hasil tindakan manusia saperti membangun
rumah, komunitas, kota beserta usaha-usaha manusia dalam memodifikasi
lingkungan fisik seperti budaya pertanian
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan
dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai dan aspek
kehidupan lainnya yang akan menjadi cirri khas suatu masyarakat dengan masyarakat
lainnya.
C. PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN
Beberapa problematika kebudayaan antara lain:
1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan system kepercayaan.
Keterkaitan orang jawa terhadap tanah yang mereka tempati secara turu-temurun
diyakini sebagai pemberi berkah kehidupan. Mereka enggan meninggalkan kampung
halamannya atau beralih pola hidup sebagai petani.
2. Hambatan budaya berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang hambatan
budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandanmg ini dapat
terjadi antara masyarakat dan pelaksana pembangunan. Contohnya, program keluarga
berencana atau KB semula ditolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa banyak
anak banyak rezeki.
3. Hambatan budaya berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
Upaya untuk mentransmigrasi penduduk dari daerah yang terkena bencana alam
banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran
penduduk bahwa di tempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan
dengan hidup mereka di tempat yang lama.
4. Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat luar,
karena pengetahuannya serba terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima programprogram
pembangunan.
5. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa, yang
menganggap hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka
miliki secara turun-temurun.
6. Sikap etnosentrisme
Sikap ini sangat mengagungkan budaya suku bangsanya sendiri dan menganggap
rendah bydaya suku bangsa lain. Sikap semacam ini akan mudah memicu timbulnya
kasus-kasus sara, yakni pertentangan suku, agama, ras dan antar golongan.
7. Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, sering kali disalahgunakan oleh
manusia, sebagai contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia
bukan untuk melestarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk kesehatan tetapi
dalam penggunaannya banyak disalah gunakan yang justru menggganggu kesehatan
manusia.
D. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYA
Dua kekayaan manusia yang paling utama ialah akal dan budi yang lazim disebut pikiran dan
perasaan. Maka yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk berbudaya tidak lain adalah makhluk
yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk manciptakan kebahagiaan.
1. Manusia dan Cinta Kasih
Pada dasarnya kasih sayang adalah fitrah yang dianugerahkan Allah SWT kepada
makhluknya, misalnya hewan. Kita perhatikan begitu kasihnya kepada anaknya, sehingga
rela berkorban jika anaknya diganggu. Naluri ini pun ada pada manusia, dimulai dari kasih
sayang orang tua kepada anaknya, begitu pula sebaliknya. Akan tetapi naluri kasih sayang
ini dapat tertutup jika terdapat hambatan-hambatan seperti pertengkaran, permusuhan,
kedengkian dan lain-lain. Sebagai makhluk yang paling sempurna yang telah diciptakan
oleh tuhan tentunya manusia memiliki berbagai kemampuan dan rasa. Dan salah satu rasa
yang dimiliki oleh seorang manusia yaitu rasa saling memiliki yang sering di
representasikan melalui Cinta kasih.
Ruang lingkup cinta kasih itu sangatlah luas mencakup berbagai aspek, tujuan, dan
tentunya memiliki berbagai bentuk cinta kasih. Salah satunya Cinta kasih seorang manusia
dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Cinta Kasih Secara Vertikal, yaitu meliputi cinta kasih terhadap Tuhan sebagai sang
pencipta termasuk juga apapun yang berhubungan langsung dengan Tuhan itu sendiri.
Seperti Cinta kasih terhadap Agama, Nabi, KitabSuci, Malaikat, dan lainnya.
2. Cinta Kasih Secara Horisontal, yaitu meliputi cinta kasih terhadap lingkungannya.
Yaitu:
·         Kasih sayang dalam lingkungan keluarga, kasih orang tua kepada anak, kasih
suami kepada istrinya, kasih antara orang yang bersaudara dan berkeluarga
·         Kasih sayang dalam lingkungan tetangga dan kampung
Suatu pertalian kasih sayang yang timbul dan tumbuh karena hidup bersama dalam
suatu lingkungan tetangga dan kampung.
·         Kasih sayang dalam lingkungan bangsa
Perasaan kasih sayang dan simpati yang timbul akibat persamaan rumpun, suku
bangsa, rasa senasib dalam perjuangan yang menyangkut kenegaraan.
·          Kasih sayang dalam lingkungan keagamaan
Mencintai dan mengasihi sesama orang yang seagama karena memandang saudara
dalam akidah dan keyakinan.
·          Kasih sayang dalam bentuk perikemanusiaan
Mencintai sesama manusia atas dasar pengertian bahwa manusia adalah sama-sama
berasal dari satu keturunan, asalnya satu bapak dan satu ibu.
·         Kasih sayang kepada sesame makhluk (universal)
Misalnya saling mengasihi, mengasihi hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Cinta kasih bersumber dari hati dan bukan bersumber dari otak, hal ini menyebabkan
sering sekali cinta kasih tak selaras dengan logika yang ada. Seperti cinta kasih terhadap
Tuhan, apakah seorang yang mengaku cinta terhadap tuhannya pernah bertemu langsung
dengan-Nya atau berbincang dengan-Nya. Tapi manusia yang cinta terhadap tuhan-nya
sangatlah patuh terhadap perintahnya bahkan dapat merelakan apapun demi tuhannya.
Cinta kasih secara horizontal sangatlah bermanfaat dalam kehidupan social seorang
manusia, karena cinta kasih itu adalah awal dari sumber kedamaian. Rasa Cinta kasih
sering sekali membawa manusia memiliki sifat peduli, pelindung, toleransi, dan lemah
lembut terhadap apa yang dicintainya.
2. Manusia dan Keindahan
Merenung artinya secara diam-diam memikirkan sesuatu hal kejadian dengan
mendalam. Renungan adalah pembicaraan diri kita sendiri atau pembicaraan dalam hati
kita tentang suatu hal.Setiap kegiatan untuk merenungkan atau mengevaluasi
pengetahuan yang telah dimiliki disebut dengan berfilsafat. Jadi berfilsafat adalah
terjadinya proses pembicaraan, evaluasi dengan hati kita sendiri mengenai suatu
peristiwa. Contoh hasil renungan yang menghasilkan pengetahuan yaitu Newton dengan
gaya gravitasinya.
Keindahan adalah suatu susunan keserasian yang dapat menciptakan kesenangan
bagi penglihatan dan pendengaran. Kehalusan merupakan sikap yang lembut dalam
menghadapi orang lain. Lembut dalam mengucapkan kata-kata, lembut dalam sikap
anggota badan. Sikap halus dan lembut merupakan cermin hati yang tulus serta cinta
kasih terhadap sesama.
3. MANUSIA DAN PENDERITAAN
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa Sansekerta dhra
artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu
yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat berbentuk lahir atau batin, keduanya
termasuk penderitaan ialah keluh kesah, kesengsaraan, kelaparan, kekenyangan,
kepanasan, dan lain-lain.
·          Apabila berbicara tentang siksaan, terbayang di benak kita sesuatu yang
sangat mengerikan, bahkan mendirikan bulu kuduk kita Siksaan manusia juga
menimbulkan kreativitas bagi orang yang pernah mengalami siksaan atau orang
lain yang berjiwa seni yang menyaksikan langsung atau tak langsung. Hal itu
terbukti dengan banyaknya tulisan, baik berupa berita, cerpen ataupun novel
yang megisahkan siksaan.
·         Rasa sakit adalah rasa yang penderita akibat menderita suatu penyakit. Rasa
sakit ini dapat menimpa setiap manusia. Kaya-miskin, besar-kecil, tua-muda,
berpangkat atau rendahan tak dapat menghindarkan diri darinya. Orang bodoh
atau pintar, bahkan dokter sekalipun.Penderitaan, rasa sakit, dan siksaan
merupakan rangkaian peristiwa yang satu dan lainnya tak dapat dipisahkan
merupakan rentetan sebab akibat. Karena siksaan, orang merasa sakit; dan
karena merasa sakit, orang menderita. Atau sebaliknya, karena penyakitnya tak
sembuh-sembuh, ia merasa tersiksa hidupnya, dan mengalami penderitaan.
4. MANUSIA DAN KEADILAN
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan
diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu
sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang
tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masingmasing
orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak sama, maka
masing – masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan
pelangggaran terjadap proporsi tersebut disebut tidak adil.
Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil
adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Jenisjenis
Keadilan yaitu:
1. Keadilan legal atau keadilan moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari
masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil
setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya ( the
man behind the gun ). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan oleh yang
lainnya disebut keadilan legal.
2. Keadilan distributive
Aristotele berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan tidak sama
(justice is done when equels are treated equally).
3. Keadilan komunikatif
Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan
umum.Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan asas pertalian dan
ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem
menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian
dalam masyarakat
5. MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
Pandangan Hidup merupakan suatu dasar atau landasan untuk membimbing
kehidupan jasmani dan rohani. Pandangan hidup ini sangat bermanfaat bagi kehidupan
individu, masyarakat, atau negara. Semua perbuatan, tingkah laku dan aturan serta
undang-undang harus merupakan pancaran dari pandangan hidup yang telah dirumuskan.
Pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang. Dengan memegang
teguh pandangan hidup yang diyakini, seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia
tidak akan gegabah bila menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan gangguan, serta
kesulitan yang dihadapinya. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap
hidup.
·         Cita-cita itu perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam
hati. Cita-cita sering kali diartikan sebagai angan-angan, keinginan, kemauan,
niat atau harapan. Cita-cita itu penting bagi manusia, karena adanya cita-cita
menandakan kedinamikan manusia.
·          Sikap hidup ialah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Apakah kita
mempunyai sikap yang positif atau yang negatif. Apakah kita mempunyai sikap
optimis atau pesimis? Atau apakah kita mempunyai sikap yang apatis?.
Sikap itu ada didalam hati kita dan hanya kitalah yang tahu.orang lain hanya
baru tahu setelah kita bertindak. Sikap dapat juga berubah karena situasi,
kondisi, dan lingkungan
·         kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati
masyarakat, dan Hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun,
berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah-tamah terhadap siapapun,
berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya. Untuk melihat
apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu :
a. Manusia sebagai pribadi, Yang menentukan baik-buruknya adalah suara
hati. Suara hati itu semacam bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan
baik atau tidak. Jadi suara hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri.
Suara hati sebenarnya telah memilih yang baik, namun manusia seringkali
tidak mau mendengarkan.
b. Manusia sebagai anggota masyarakat, Yang menentukan baik-buruknya
adalah suara hati masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum
tentu suara hati masyarakat menganggap baik. Sebagai anggota masyarakat,
manusia tidak dapat membebaskan diri dari kemasyarakatan.
c. Manusia sebagai makhluk tuhan, manusia pun harus mendengarkan
suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat
baik dan mengelakkan perbuatan yang tidak baik. Jadi, untuk mengukur
perbuatan baik dan buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau Kehendak
Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk Hukum Tuhan atau Hukum agama.
6. MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB SERTA PENGABDIAN
Manusia itu berjuang adalah memenuhi keperluannya sendiri atau untuk
keperluan pihak lain. Untuk itu ia menghadapi manusia lain dalam masyarakat atau
menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya itu manusia juga menyadari bahwa ada
kekuatan lain yang ikut menentukan, yaitu kekuasaan Tuhan.
Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia
atau hubungan yang dibuatnya, atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung
jawab yaitu:
1. Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menentukan kesadaran setiap orang untuk
memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai
manusia pribadi. Dengan demikian bisa memevahkan masalah-masalah kemanusiaan
mengenai dirinya sendiri menurur sifat dasarnya manusia adalah mahluk bermoral,
tetapi manusia juga pribadi. Karena merupakan seorang pribasi maka manusia
mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, berangan-angan sendiri. Sebagai
perwujudan dari pendapat, perasaan dan angan-angan itu manusia berbuat dan
bertindak. Dalam hal ini manusia tidak luput dari kesalahan, kekeliruan, baik yang
sengaja maupun yang tidak.
2. Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami, ister,
ayah, ibu anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap
anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarga. Tanggung jawab ini
menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan
kesejahteraan, keselamatan dan kehidupan.
3. Tanggung jawab terhadap masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai
dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain
maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain. Sehingga
mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat
melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah
laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
4. Tanggung jawab kepada Bangsa / Negara
Suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individu adalah warga negara
suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia tidak dapat
berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan itu salah, maka ia harus bertanggung jawab
kepada Negara.
5. Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab,
melainkanuntuk mengisa kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab
lngsung terhadap Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukumhukum
Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam
agama. Pelanggaran dari hukum-hukum tersebut akan segera diperingatkan oleh
Tuhan dan juka dengan peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak
menghiraukan maka Tuhan akan melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan
perintah-perintah Tuhan berarti mereka meninggalkan tanggung jawab yang
seharusnya dilakukan manusia terhadap Tuhan sebagai penciptanya, bahkan untuk
memenuhi tanggung jawab, manusia perlu pengorbanan.
7. MANUSIA DAN KEGELISAHAN
Gelisah tergolong penyakit batin, istimewanya penyakit ini dapat menyerang siapa
saja, dari golongan apa, dan bangsa apapun. Rasa gelisah itu sesungguhnya berhubungan
erat sekali dengan keimanan seseorang.
8. MANUSIA DAN HARAPAN
Harapan sifatnya manusiawi dimiliki oleh siapa pun dari golongan apapun. Bila kita
tinjau dari wujudnya dapat dikatakan tidak terhingga, namun bila dilihat dari tujuannya
hanya ada satu, ialah hidup bahagia.
Dalam hubungannya dengan kehidupan moral, untuk mewujudkan harapan, itu sebagai
berikut:
·         Haraapan seperti apa yang baik
·         Bagaimana caranya mencapai harapan itu
·         Bagaimana bila harapan itu tidak tercapai
Bila kita ingat dengan kehidupan itu hanya di dunia saja, namun juga diakhirat,
bahkan kehidupan disan lebih abadi. Maka sudah selayaknya harapan untuk hidup
bahagia didua tempat itu sudah diniati.
Ada hubungan antara keadilan dan harapan yaitu bahwa keadilan memberikan
harapan, yaitu adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam hidup sehari-hari.
Harapan adalah keinginan dalam mewujudkan cita-cita kita.Keinginan untuk memenuhi
semua kebutuhan manusia yang monopluralis dan kebutuhan itu tertuang dalam moralitas
Pancasila (lihat P4).Jadi sesungguhnya, Pancasila adalah harapan (bangsa Indonesia)
untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya.
Untuk mewujudkan harapan ini, peran pemimpin sangat penting.Pemimpin harus
menjadi patron, menjadi teladan, menjadi contoh rakyatnya.Karena semua tindakannya itu
menjadi sorotan rakyat, maka segala perilaku dan tindakannya itu harus dilandasi dengan
nilai-nilai moral, dalam hal ini moralitas Pancasila.
BAB 111
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. kebudayaan adalah suatu hasil ciptaan dari pada hidup bersama yang
berlangsung berabad-abad baik sengaja atau tidak dalam masyarakat ataupun
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi
kehidupannya dengan cara belajar yang semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat.
2. kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan dalam lingkungan tertentu
berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai dan aspek kehidupan lainnya
yang akan menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
3. Problematika kebudayaan terdiri atas hambatan budaya yang berkaitan dengan
pandangan hidup dan sistem kepercayaan, perbedaan persepsi atau sudut
pandang, faktor psikologi atau kejiwaan, masyarakat yang terasing dan kurang
komunikasi, sikap tradisionalisme, sikap etnosentrisme, dan perkembangan
IPTEK.
4. Manusia yang mengaku dirinya sebagai makhluk berbudaya dalam menikmati
kebahagiaan yang telah dimiliki harus memenuhi ketentuan-ketentuan selalu
berusaha tidak mengurangi, apalagi meniadakan sama sekali kebahagiaan pihak
lain.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menyarankan agar pembaca menajamkan
kepekaan terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang baru, dapat memperluas pandangan mereka tentang masalah
kemanusiaan dan budaya, serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalanpersoalan
yang menyangkut kebudayaan dan budaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar